zwani.com myspace graphic comments

SEARCH BOX

SOMETHING ABOUT CREATIVE BASED TOURISM

Mengutip dari Notes seorang senior di Facebook mengenai Creative Based Tourism. Terdengar asing mungkin, tetapi inti dari pembahasan tersebut sangatlah menarik. Jujur, saya sangat awam dengan bidang ini. Memang sebenarnya tidak ada hubungan dengan pekerjaan yang saya pernah jalani, khususnya dalam bidang pariwisata dan pengembangan budaya, juga tidak merupakan bagian dari focus pendidikan saya (secara khusus). Namun titik beratnya adalah pada kecintaan saya pada seni dan kreatifitas, kekaguman saya pada keunikan suatu bangsa/suku, kegembiraan saya pada garis lukisan alam dan kenyamanan saya pada aneka budaya.

Terus terang saja sebagai warga Negara ada terbesit rasa malu bahwa sedikit sekali yang saya dan mungkin generasi seangkatan saya ketahui akan betapa kayanya budaya dan pariwisata di negeri ini, justru negara lain yang berani meng-ekplorisasi dan bahkan sampai terjadi kasus pengakuan budaya nenek moyang kita. Kalau dipikir-pikir kejadian tersebut luar biasa, betapa orang lain lebih menghargai warisan budaya nusantara ketimbang bangsanya sendiri, sungguh ironis.

Tidak banyak pula generasi penerus dari daerah masing-masing tetap mau melestarikan budayanya, mereka lebih tertarik dengan formasi dunia baru, apalagi sejak mengenal akses tanpa batas melalui dunia maya, dimana kita bisa saling terhubung dengan siapa pun, dimana pun dan kapan pun. Tidak menutup mata bahwa dengan semakin majunya dunia dan teknologi, semua dituntut saling terhubung tanpa batas jarak dan waktu. Namun yang menjadi perkara adalah, hanya sedikit yang memanfaatkan sistem dan kecanggihan akses yang ada untuk pengembangan daerah asalnya, kalau pun ada hanya sebatas memberikan informasi yang dangkal, tidak menyeluruh dan tidak terperinci

Tidak dipungkiri semua fasilitas, kenyamanan dan segala hal yang bernama modernisasi memiliki keunggulan dan kelemahan, yang menjadi masalah adalah bukanlah kelemahan itu sendiri namun bagaimana cara kita menjadikan kelemahan itu sebagai sesuatu yang menguntungkan atau setidaknya bagaimana mengatasi kelemahan tersebut agar tidak menjadi lebih buruk.

Sehubungan dengan kreatifitas, patut kita sadari bangsa Indonesia adalah bangsa dengan kreatifitas tinggi. Apapun bisa dihasilkan di negeri ini, dari bahan alam, bahan mentah, dan bahan produksi dapat dibuat aneka ragam barang yang mendukung keberlangsung hidup masyarakatnya, bahkan sampah maupun sisa pembuangan dapat dikreasikan oleh anak bangsa atau masyarakat, menjadi bahan produksi, barang-barang keperluan dan hiasan. Banyak hasil kreatifitas masyrakat yang masuk pasaran dunia. Bahkan sekam padi pun menjadi karya indah dalam kemajemukan bangsa Indonesia. Sebenarnya boleh dibilang semua orang kreatif dan bisa menjadi kreatif, selain dasar kreatifitas “bawaan lahir” juga dapat kita jumpai kreatifitas lain apalagi dalam kedaan sulit atau terdesak, dalam pengertian positif, namun kadang kala ada faktor lain yang membatasi kreasi mereka. Inilah hal yang mengacu pada ekonomi kreatif, ada ungkapan dalam dunia kerja 

saya yang selalu saya pakai “Nggak Kreatif, Nggak Hidup”. Kendala-kendala yang biasa ditemui adalah kurangnya bentuk penghargaan atas karya mereka, rendahnya tingkat pendidikan berarti kurangnya pengetahuan, kurangnya fasilitas dan dukungan pemerintah, kerjasama dengan sektor swasta tanpa membebani masyarakat, serta yang terutama adalah modal bagi mereka. Dengan adanya modal yang cukup, informasi dan pengetahuan yang transparan, kesepakatan kerangka kerja serta dukungan pemerintah dan swasta maka masyarakat akan lebih leluasa berkarya dan menghasilkan suatu “keajaiban” 

tidak hanya bagi daerah mereka namun untuk Indonesia juga.

Selain itu perlu dikembangkannya konsep tumbuh kembang dengan berkolaborasi bersama unit-unit kreatif yang sudah ada seperti para designer, tim kreatif media, photographer, unit product creative, unit home production, dan sebagainya. Karena sejauh pengalaman saya, banyak dari unit kreatif tersebut yang mencari “ilham” ke daerah-daerah, bahkan sampai ke kampung-kampung. Bagi mereka banyak hal menarik dan kreatif yang bisa diangkat namun permasalahannya “hal menarik dan kreatif” itu sedikit yang memberikan efek saling menguntungkan dengan masyarakat. Alangkah baiknya bila pemerintah pun bisa menjembatani kolaborasi ini sehinggi menjadi hubungan yang saling menguntungkan, terutama bagi 

masyarakat, bahasa gaul-nya “biar nggak mati gaya”.

Selain daripada itu hasil kreatifitas masyarakat mengacu kepada pemahaman budaya dan sejarah kehidupan mereka. Tidak aneh apabila masing-masing daerah memiliki ciri khas yang unik, bahkan dalam satu daerah yang sama pun dapat dijumpai keberagaman karya yang pada akhirnya menjadi suatu ciri khas dan pencitraan dari masyarakat setempat, tinggal bagaimana kita menyikapi pelestarian karya tersebut. Pertanyaan berikutnya adalah seberapa besar rasa nasionalisme kita? Seberapa besar dan jauh kita dapat menghargai budaya kita? Dan seberapa kuat rasa memiliki atas kekayaan bangsa Indonesia? Maaf, apabila perkataan saya agak tajam, banyak dari generasi ini yang tidak mampu untuk menghargai dirinya sendiri sehingga untuk menghargai orang lain menjadi suatu hal yang “tidak biasa”, hal ini mengacu pada ungkapan 

“Hargailah orang lain sebagaimana layaknya kita ingin dihargai orang lain, Awalilah dengan menghargai diri sendiri dan berikan penghargaan yang serupa kepada orang lain.” Saya tidak pesimis dengan keberadaan kondisi saat ini, selama masih ada mereka yang peduli berarti masih ada harapan. Hargailah apa yang menjadi milik bangsa ini, tumbuhkan rasa nasionalisme, berbagi pengetahuan dan jadilah kreatif.

Ada hal menarik akibat kemunduran mental kreatif yang saya dapatkan di beberapa daerah, setiap saya bertanya kepada penduduk lokal mengenai apa yang menjadi cirri khas atau keunikan daerah tersebut. Kebanyakan dari mereka akan menyebutkan hal-hal yang boleh dibilang “sudah” kita ketahui, katakanlah penghasil batik, kerajinan perak, kerajinan ukir, sutra, dan sebagainya, selain itu??? Bingung apa lagi. Sepertinya sudah tidak adalagi karya yang dapat dikembangkan, cukup pelik memang dengan bahan yang tersedia tetapi tidak tahu mau diapakan. Berarti menjadi tugas bagi generasi bangsa untuk melestarikan sekaligus mengembangkan budaya kreatif masyarakat. Tugas ini bukan hanya milik sebagian kelompok namun seluruh bangsa, kita semua bisa, masalahnya mau atau tidak.

Saya setuju dengan konsep dasar yang beliau sampaikan dalam note tersebut, namun ada hal lain yang perlu dipertimbangkan juga, dari seluruh konsep tersebut mengacu kepada lapisan masyarakat maju dengan pemikiran yang sudah tertata dan terstruktur serta tentu saja dapat memberikan keseimbangan dalam pola pikir untuk meningkat daya kreatif dari masyarakat ini untuk menciptakan karya yang dapat mengangkat citra masyarakat tersebut dan citra Indonesia sebagai salah satu tujuan wisata terbaik. Bagaimana dengan pola “merangkul” kerjasama dengan masyarakat sekarang ini yang notabene agak skeptis. Hal tersebut bukanlah dikarenakan semata-mata karena ketidakmampuan atau keterbatasan 

sumber daya, namun ada hal lain seperti penyalahgunaan kepercayaan yang mereka berikan, sering kali terjadi azas “pemanfaatan” yang merugikan masyarakat itu sendiri. Dengan mengatasnamakan kerjasama untuk peningkatan produksi, peningkatan kesejahteraan atau perdagangan, dan sebagainya. Banyak cerita saya dengar, bagaimana masyarakat ini “diperdaya” dengan embel-embel yang muluk-muluk, walaupun tidak banyak yang bisa saya bantu bahkan hanya bisa menjadikannya bahan perenungan. Tapi hal-hal tersebut dapat dijadikan referensi dalam mengatasi keraguan mereka, merangkul mereka untuk kembali yakin pada daya dan karya mereka sehingga nikmatnya pun dapat dirasakan bersama.

Saat ini saya sedang mengerjakan proyek percontohan pengembangan pariwisata dan budaya di daerah Bulukumba, Sulawesi Selatan. Banyak hal menarik yang saya dapati disini, termasuk salah satu yang membuat penasaran adalah apa yang menyebabkan masyarakat ini berani “mati” untuk sesuatu yang mereka anggap benar (walaupun pada kenyataannya belum tentu benar). Proyek ini bukan kerjasama dengan pemerintah maupun badan lain (tepatnya belum), salah satu penyebabnya adalah keterbatasan komunikasi, kurangnya informasi yang saya dapatkan, serta kurang aktifnya dinas terkait, boleh dibilang adem-ayem. Mungkin suatu saat nanti bisa dikembangkan suatu system kerjasama yang baik antara sektor swasta, kelompok swadaya maupun pemerintah dengan masyarakat Bulukumba. Saya sempat mendapat pernyataan lucu dari salah satu warga, mereka bilang “Aneh ya, koq orang luar pulau yang mau bikin kota kita maju. Pemerintahnya kemana ya?”, buat saya itu sentilan yang tidak terpikirkan. Belum banyak yang dapat saya bagikan, saya sendiri pun berada disini baru sekitar 2 bulan, langkah awal saya membantu mengembangkan promosi sebuah wisma, dimana saya menginap. Saya menemukan adanya akses dari wisma ini tidak terbatas hanya penyediaan tempat penginapan, tetapi juga lokasi yang strategis, para muda yang bisa menjadi pemandu wisata setempat dan masih banyak lagi kemungkinan yang bisa dikembangkan. Selain banyak objek wisata yang belum dikenal, dengan dibantu pemuda setempat, satu persatu data saya susun, sepertinya perjalanan masih panjang.

[dc©201006_cerebro]

My Blog List

  • In February, we outlined the steps we have been taking to combat racist abuse on Twitter. We condemn racism in all its forms - our aim is to become the wor...
    3 months ago
  • Since 1999, millions of people have expressed themselves on Blogger. From detailed posts about almost every apple variety you could ever imagine to a blog...
    3 years ago
  • Tenda A9 merupakan alat penguat sinyal wifi atau yang sering disebut dengan wifi repeater atau extender wifi. Keunggulan dari produk ini adalah penyettinga...
    5 years ago
  • „XING-Nutzer zeigen besonders hohes Vertrauen in Informationen aus ihrem Netzwerk – nicht nur bei beruflichen Themen“ – so lautet ein Ergebnis des online-r...
    7 years ago
  • Sometimes, even with the maximum amount of preparation, things still don't turn out the way you want them. Taking part in a sprint triathlon in Singapore ...
    10 years ago
  • Posting ini mungkin hanya berupa dokumentasi mengenai pemberian *markup* pada dokumen HTML, termasuk posting blog. Fungsinya ± agar dokumen tampak lebih ...
    11 years ago
  • Kegagalan Italia meraih gelar Piala Eropa 2012 berujung pada adu fisik antara prajurit Gli Azzurri. Striker Mario Balotelli dilaporkan menjadi korban dari ...
    11 years ago