Ku kirim email itu ke salah satu klien iklan ku, berharap mereka akan memberikan respon positif setidaknya tidak terlalu banyak minta revisi… I wish… Sambil sedikit menarik napas kusandarkan tubuhku di kursi empuk berdesign minimalis dengan balutan kulit asli berwarna hitam.... nyaman??? So pasti...harganya pun sangat “nyaman“. Dengan tangan terkatup dibawah daguku, sepintas mataku menjelajahi ruangan kerja yang selama 3 tahun ini menjadi tempatku “bersembunyi“ dari kemacetan jalan raya, teriknya siang dan polusi yang tidak bersahabat.
Ya! Ruang kantorku yang bergaya minimalis ini tanpa pernak-pernik maupun pajangan yang membuat office boy harus membersihkannya dengan waktu yang sedikit lama...Semuanya di design untuk mempermudah segala sejenis perkerjaan di sini termasuk dalam urusan bersih-bersih. Secara, aku pun tidak senang ruang kerjaku berantakan gak jelas, kecuali memang lagi mengerjakan project yang membuatku menggelar kertas-kertas kerja di setiap sudut ruangan ini, menumpuk buku-buku referensi di sofa tamu sampai menempelkan post-it di dinding kantor. Well, memperingan kerjaan office boy juga gak ada salahnya kan, gak dosa juga koq.
Ada lemari pajangan disalah satu sudut ruang, itu pun berisi plakat maupun award yang perusahaanku ini terima sejak berdiri 4 tahun lalu, biar masih kecil perusahaanku mampu memberikan kontribusi besar dalam beberapa project, wujud komitmen, dedikasi dan integrasi tim kerja yang luar biasa. Selain itu ada sederet rak buku yang sudah terisi penuh dengan buku-buku yang berhubungan dengan pekerjaanku maupun hobiku, memang tidak semua selesai kubaca.. suatu hari nanti mungkin, tapi setidaknya buku-buku itu menjadi salah satu sumber inspirasi dan bahan referensi dalam pekerjaanku yang berhubungan dengan dunia komunikasi, periklanan dan event ini.
Kantorku ini berdiri di salah satu sudut kota Kuala Lumpur, Malaysia dengan bidang usaha periklanan dan design grafis. Tahun kedua kami mulai mengembangkan sayap untuk menjadi event projector, klien kami sebagian besar berasal dari Malaysia dan Indonesia, namun ada beberapa pula dari Singapura, Jepang, Thiland, Korea, dan India. Bangunan 3 lantai dengan luas tanah kurang lebih 5000 m² ini cukup memberikan kami tempat untuk berkembang, berkreasi, menemukan ide, serta merampungkan pekerjaan dari klien kami. Perusahaan ini dibangun olehku bersama dengan 4 rekan-rekan usahaku, jumlah staffku berkisar 50 orang..well ini bukan perusahaan percetakan maupun consumer good, dan bukan bergerak di bidang hospitality seperti restaurant dan hotel, semakin terbatas jumlah karyawan semakin baik (setidaknya untuk saat ini), mengingat kami pun sedang mengembangkan ide-ide baru maupun project dan belum memerlukan staff dalam jumlah besar.
Tiba-tiba ponselku berbunyi… “Ca… makan yuk! dah waktu isi bensin nih!!! Gue yang nyetir!!” terdengar suara di seberang sana.. (isi bensin = isi perut) kalo dipikir-pikir apa coba hubungan makan dengan isi bensin, walaupun aku mengerti bahasa kiasan tersebut, merusak tatanan bahasa Indonesia serta menambah jargon dalam EYD (Ejaan Yang Diselewengkan), wah gak usah dibahas deh...panjang urusannya nanti.
Kantorku ini berdiri di salah satu sudut kota Kuala Lumpur, Malaysia dengan bidang usaha periklanan dan design grafis. Tahun kedua kami mulai mengembangkan sayap untuk menjadi event projector, klien kami sebagian besar berasal dari Malaysia dan Indonesia, namun ada beberapa pula dari Singapura, Jepang, Thiland, Korea, dan India. Bangunan 3 lantai dengan luas tanah kurang lebih 5000 m² ini cukup memberikan kami tempat untuk berkembang, berkreasi, menemukan ide, serta merampungkan pekerjaan dari klien kami. Perusahaan ini dibangun olehku bersama dengan 4 rekan-rekan usahaku, jumlah staffku berkisar 50 orang..well ini bukan perusahaan percetakan maupun consumer good, dan bukan bergerak di bidang hospitality seperti restaurant dan hotel, semakin terbatas jumlah karyawan semakin baik (setidaknya untuk saat ini), mengingat kami pun sedang mengembangkan ide-ide baru maupun project dan belum memerlukan staff dalam jumlah besar.
Tiba-tiba ponselku berbunyi… “Ca… makan yuk! dah waktu isi bensin nih!!! Gue yang nyetir!!” terdengar suara di seberang sana.. (isi bensin = isi perut) kalo dipikir-pikir apa coba hubungan makan dengan isi bensin, walaupun aku mengerti bahasa kiasan tersebut, merusak tatanan bahasa Indonesia serta menambah jargon dalam EYD (Ejaan Yang Diselewengkan), wah gak usah dibahas deh...panjang urusannya nanti.
“Belum laper sih...“ aku membales sekenanya sambil melirik jam di dinding kantorku...hmmmm...jam 1 siang lewat 22 menit, pantesan „Speak Out Lady“ ini sudah menerorku. ( Speak Out Lady = panggilan ku untuk Vanessa a.k.a. Vanes... kaya salah satu personil F4 ya... =) ).
Vanessa adalah salah satu head tim kreatif di kantor ini… Account Manager dia cukup vocal untuk memberikan gagasan, ide serta kritik… anaknya sih rame juga baik, asal jangan di debat…huehuhuehuehue.. sama aja membangunkan macan 3 generasi yang lagi bobo siang… Tapi kalo urusan keluarga, solidaritas dan kemanusiaan, dia nomor satu… sampe rela ngutang untuk bayarin seorang nenek yang abis kecopetan (di daerah Petaling) untuk naik taksi dari metro ke rumahnya, yang jaraknya lumayan jauh (heheheee…sebenernya dia nggak ada cash & belum sempet ambil uang di atm…secara aku yang bareng sama doski ya.. jadi korban “ditodong” untuk minjemin duit..), wakkakaakaak.. Kita sama-sama anak ratau kan… dari Indonesia, berdarah Batak, Makassar, Sunda dan Belanda…hmmm kombinasi unik kan…
“Wah, lo gila yeeee…jam berapa nih??? Ntar lo sakit yang ribet se-isi kantor!!!“ kudengar suaranya yang agak serak…kebanyakan rokok, sambil mentertawakan diriku. “Gue dah mo pingsan nih, nyari client bikin otak gue mampet, jadi kalo nggak cepet-cepet dikasih nutrisi…bisa gawat… Kita akan kehilangan banyak client”…sambungnya lagi sambil menahan ketawa…
Vanessa adalah salah satu head tim kreatif di kantor ini… Account Manager dia cukup vocal untuk memberikan gagasan, ide serta kritik… anaknya sih rame juga baik, asal jangan di debat…huehuhuehuehue.. sama aja membangunkan macan 3 generasi yang lagi bobo siang… Tapi kalo urusan keluarga, solidaritas dan kemanusiaan, dia nomor satu… sampe rela ngutang untuk bayarin seorang nenek yang abis kecopetan (di daerah Petaling) untuk naik taksi dari metro ke rumahnya, yang jaraknya lumayan jauh (heheheee…sebenernya dia nggak ada cash & belum sempet ambil uang di atm…secara aku yang bareng sama doski ya.. jadi korban “ditodong” untuk minjemin duit..), wakkakaakaak.. Kita sama-sama anak ratau kan… dari Indonesia, berdarah Batak, Makassar, Sunda dan Belanda…hmmm kombinasi unik kan…
“Wah, lo gila yeeee…jam berapa nih??? Ntar lo sakit yang ribet se-isi kantor!!!“ kudengar suaranya yang agak serak…kebanyakan rokok, sambil mentertawakan diriku. “Gue dah mo pingsan nih, nyari client bikin otak gue mampet, jadi kalo nggak cepet-cepet dikasih nutrisi…bisa gawat… Kita akan kehilangan banyak client”…sambungnya lagi sambil menahan ketawa…
“Maksud looooooo…” sahutku sambil nyengir yang dipaksakan…
“Gue tunggu di lobi ya…buruaaannnn…!” tanpa tedeng aling² lagi panggilan telpon itu langsung di putus. Yaaahhh..dari pada hari ku yang sudah runyam ini harus ditambah dengan panggilan² kurang manusiawi dengan ajakan yang memaksa dari seorang Vanessa, mendingan aku meluncur ke lobi segera…
Kumasukkan ponsel yang masih ku pegang itu kedalam tas, lalu dengan langkah biasa aku keluar dari ruanganku dan melangkah melewati cubicle staff-ku sambil melemparkan senyum tipis kepada mereka yang kebetulan melihatku. Kutekan tombol lift ditembok itu…arah turun. Selang beberapa detik pintu lift pun terbuka… kulihat Hank (office boy) sedang membersihkan dinding dalam lift tersebut sambil tetap memegang botol pembersih, Hank melemparkan senyum yang hangat menyambutku..
Kumasukkan ponsel yang masih ku pegang itu kedalam tas, lalu dengan langkah biasa aku keluar dari ruanganku dan melangkah melewati cubicle staff-ku sambil melemparkan senyum tipis kepada mereka yang kebetulan melihatku. Kutekan tombol lift ditembok itu…arah turun. Selang beberapa detik pintu lift pun terbuka… kulihat Hank (office boy) sedang membersihkan dinding dalam lift tersebut sambil tetap memegang botol pembersih, Hank melemparkan senyum yang hangat menyambutku..
“To the lobby Mam?” (Ke Lobby Bu?) tanyanya basa-basi…hmmmm… ya iyalah pasti turun ke lobby masa naik ke atap!! tiba-tiba pikiran iseng itu melintas d kepalaku.. “Yap!!!” (iya) sahutku simple, aku pun melangkah masuk kedalam lift dan Hank segera menekankan tombol lift untukku.
“Thank you…. Have you get your lunch?” (Terima kasih, sudah makan siang?) aku membuka pembicaraan sambil memperhatikan caranya membersihkan dinding bernuansa chrome itu…
“Already Mam.” (Sudah bu.) sahutnya sambil menoleh cepat kearahku dan memberikan senyum simple.
“OK…good then! I’ll go out for lunch now…” (Itu bagus! Saya akan keluar untuk makan siang sekarang), aku membalas senyumnya dengan sunggingan di ujung bibirku…
Lampu indicator di dalam lift menunjukkan bahwa aku sudah tiba di lantai yang aku tuju itu, bertepatan dengan pintu lift yang terbuka aku menoleh kearah pria berperawakan mungil sedikit gempal itu “Thank you for make it shinny..” (Terima kasih untuk membuatnya mengkilat) sepintas lalu kusempatkan melirik dan melihat senyum lebar diwajahnya…
“My pleasure Mam” (dengan senang hati Bu), kudengar sahutnya sambil berlalu melangkah keluar dari dalam lift itu menuju ke area lobi yang hanya memerlukan 8 langkah dari arah lift tersebut… dari kejauhan kulihat sedan Toyota Altis berwarna hitam metalik yang kukenal…yeah, siapa lagi kalau bukan Speak Out Lady in the car. Aku pun langsung menuju keluar gedung dan menghapiri sedan itu, dengan sigap salah satu dari staff valet bergegas membukakan pintu mobil tersebut, sambil memberikan salam kepadaku dibarengi senyuman iklas… (kayanya sih iklas… ato dipaksakan karena tuntutan dari pekerjaan ya…. Well, hanya dia dan Tuhan yang tahu deh…)
“Ya oloh Ca… ruangan lo di lantai 3 deh bukan di lantai 30 puluh gitu loch….” Sambutan meriah dari seorang Vanessa, berbarengan dengan aku menduduki jok disebelahnya… raut wajahku tidak berubah sama sekali...
“Ya oloh Ca… ruangan lo di lantai 3 deh bukan di lantai 30 puluh gitu loch….” Sambutan meriah dari seorang Vanessa, berbarengan dengan aku menduduki jok disebelahnya… raut wajahku tidak berubah sama sekali...
”Dah mau pingsan nih..., nggak usah milih² tempat makan ya… di Domino Pizza aja.. biar balik kantornya bisa langsung sejalan” timpalnya lagi sambil menginjak gas dan mengarahkan mobilnya keluar area kantor. Aku hanya menganguk tanpa sepatah kata keluar dari bibir ku ini… ku alihkan pandangan ke luar jendela, kulihat beberapa kendaraan lalu lalang, lalu para pejalan kaki yang berpakaian layaknya eksekutif muda….
Pemandangan yang tidak asing bagiku, tidak jauh berbeda kalau berjalan didaerah Sudirman atau Kuningan di Jakarta, para staff kantor yang menghabiskan waktu makan siang di luar kantor, bedanya disini jauh lebih bersih daripada di Jakarta… entah mengapa sulit sekali buat orang Indonesia untuk menjaga kebersihan dan kerapihan di jalan ya… pasti ada aja yang buang puntung rokok, tissue atau gelas minuman mineral ke tepi jalan atau di kolong bangku halte sembari menunggu kendaraan yang akan membawa mereka ke tujuan… kapan ya masyarakat Indonesia tercintaku itu mampu untuk lebih “manusiawi”… kuperhatikan mereka yang sedang berjalan… ada yang berkelompok, ada yang mengenakan seragam…hmmm seperti staff salah satu bank yang lokasinya tidak terlalu jauh dari kantorku. Siang ini cuacanya cukup cerah… yah, setidaknya matahari tidak terlalu sengit bersinar, ada sedikit awan yang menutupi sinarannya. Kubiarkan mataku mengamati keindahan yang terpampang jelas di hadapanku ini. Sayup-sayup kudengar lagu “Everything I Own” yang dibawakan oleh N’Sync, boys band asal negeri Paman Sam itu…hmmm, terdengar pula gumaman Vanes yang ikut menyenandungkan lagu itu… walaupun aku ngerasa suaranya lebih mendomnasi daripada grup band itu.
“Ehhh…Ca!!” panggil Vanesh sambil membuyarkan momentku menikmati warna-warni di luar sana.. “Tumben diem, biasanya ada update news ato apa kek!!! Kenapa lo??” timpalnya sambil memutar setirnya kearah kanan.
“I’m fine, lagi banyak dead line aja!” jawabku seenaknya…
“Beuh deadline mah nggak usah disebut kaleeee… gak diminta pun udah terikat ama nasib kita!” sambil melirik kearahku dan mengangkat alisnya.
"I mean it... I'm just fine!!" (Aku serius... aku baik² aja), suaraku datar tetep dengan pocker face (tanpa ekspresi), tanpa sadar aku mengerenyitkan dahiku seolah sedang berpikir keras untuk menemukan apa yang sedang terjadi dengan ku ini
“Lagi berantem ya?????”
"I mean it... I'm just fine!!" (Aku serius... aku baik² aja), suaraku datar tetep dengan pocker face (tanpa ekspresi), tanpa sadar aku mengerenyitkan dahiku seolah sedang berpikir keras untuk menemukan apa yang sedang terjadi dengan ku ini
“Lagi berantem ya?????”
To be continue...