Ku sebut tanah kelahiranku bumi Nusantara,
Tak sampai satu tahun kulalui sesaat setelah kelahiraku di negeri itu.
Kutapak langkah pertamaku di negeri lain,
Aku menyebutnya negeri Sosis.
Mereka berbeda denganku ya…
Rambutku hitam walau tak pekat,
Mereka ada yang pirang, ada yang coklat.
Kulitku sawo matang terawat,
Mereka putih, ada yang seperti susu.
Bahasa ibuku pun tak sama dengan bahasa mereka…
Mereka tampak asing, atau aku yang memang berbeda.
Namun, mereka menyangiku seperti keluarga mereka.
Tiba saatnya aku masuk taman kanak-kanak…
Wah… senangnya, banyak mainan dan banyak teman…
Aku bisa bobo siang di sekolah…
Tunggu…, sebelumnya pasti ada seorang nona cantik yang bercerita…
Itu guru TK ku, dia ramah dan sayang kami.
Tahun berganti, aku bersiap masuk sekolah dasar.
Teman-temanku pun berbeda lagi..
Badanku tak besar, tapi aku jadi ketua genk…
Hahahaha.. genk kecil bukan tempat adu otot.
Aku pulang kerumah naik sepeda hadiah dari papa,
Hei, mamaku sedang memasukkan barang kedalam kardus…
Kata papa kami akan kembali ke bumi Nusantara.
Kakakku tetap tinggal di negeri Sosis,
Di rumah besar bernama asrama.
Ia sudah bisa mengurus sendiri.
Aku sedih, marah, kesal..
Aku bingung, dimana itu, seperti apa ya…
Sekolah baru? Teman baru? Pelajaran baru?
Makanannya enak gak ya?
Aku bisa main di taman kah?
Tetanggaku seperti apa ya? Mereka punya anak juga tidak?
Bahasa ku masih kaku? Aku betah kah?
Ooo, ini yang namanya bumi Nusantara itu
Nampak baik keadaan yang ada
Bicaraku tertata menghindar salah
Kulewati hari kemudian di sini
Sampai…
Papaku kembali menemui Sang Pencipta
Aku lulus sidang menuju wisuda,
Hari itu adalah hari terindah dan menyakitkan
Papa melihat wisudaku dari atas sana
Hidup terus berjalan
Mama dan oma kembali ke negeri Sosis lagi
Buatku mereka lebih terjamin disana
Ada kakaku tersayang
Aku… sendiri tanpa sanak keluarga di kota ramai ini
Kota yang disebut metropolitan
Rasa sendiri dan jenuh tidak ada dalam kamus
Belajar dan bekerja mengalihkan perhatianku merenungi nasib
Dua puluh empat jam berlalu seperti angin
Syukur atas yang telah diterima
Langkah kaki membawaku untuk mengenal berbagai budaya lain,
Langkah kaki membawaku untuk mempelajari bahasa lain,
Langkah kaki membawaku untuk berkenalan dengan bangsa lain,
Langkah kaki membawaku untuk memasak menu lain,
Langkah kaki membawaku untuk mencicipi minuman khas lain,
Langkah kaki membawaku untuk belajar hidup…
[dc©200706_cerebro]
first publication @http://www.facebook.com/danica.coloay
Tak sampai satu tahun kulalui sesaat setelah kelahiraku di negeri itu.
Kutapak langkah pertamaku di negeri lain,
Aku menyebutnya negeri Sosis.
Mereka berbeda denganku ya…
Rambutku hitam walau tak pekat,
Mereka ada yang pirang, ada yang coklat.
Kulitku sawo matang terawat,
Mereka putih, ada yang seperti susu.
Bahasa ibuku pun tak sama dengan bahasa mereka…
Mereka tampak asing, atau aku yang memang berbeda.
Namun, mereka menyangiku seperti keluarga mereka.
Tiba saatnya aku masuk taman kanak-kanak…
Wah… senangnya, banyak mainan dan banyak teman…
Aku bisa bobo siang di sekolah…
Tunggu…, sebelumnya pasti ada seorang nona cantik yang bercerita…
Itu guru TK ku, dia ramah dan sayang kami.
Tahun berganti, aku bersiap masuk sekolah dasar.
Teman-temanku pun berbeda lagi..
Badanku tak besar, tapi aku jadi ketua genk…
Hahahaha.. genk kecil bukan tempat adu otot.
Aku pulang kerumah naik sepeda hadiah dari papa,
Hei, mamaku sedang memasukkan barang kedalam kardus…
Kata papa kami akan kembali ke bumi Nusantara.
Kakakku tetap tinggal di negeri Sosis,
Di rumah besar bernama asrama.
Ia sudah bisa mengurus sendiri.
Aku sedih, marah, kesal..
Aku bingung, dimana itu, seperti apa ya…
Sekolah baru? Teman baru? Pelajaran baru?
Makanannya enak gak ya?
Aku bisa main di taman kah?
Tetanggaku seperti apa ya? Mereka punya anak juga tidak?
Bahasa ku masih kaku? Aku betah kah?
Ooo, ini yang namanya bumi Nusantara itu
Nampak baik keadaan yang ada
Bicaraku tertata menghindar salah
Kulewati hari kemudian di sini
Sampai…
Papaku kembali menemui Sang Pencipta
Aku lulus sidang menuju wisuda,
Hari itu adalah hari terindah dan menyakitkan
Papa melihat wisudaku dari atas sana
Hidup terus berjalan
Mama dan oma kembali ke negeri Sosis lagi
Buatku mereka lebih terjamin disana
Ada kakaku tersayang
Aku… sendiri tanpa sanak keluarga di kota ramai ini
Kota yang disebut metropolitan
Rasa sendiri dan jenuh tidak ada dalam kamus
Belajar dan bekerja mengalihkan perhatianku merenungi nasib
Dua puluh empat jam berlalu seperti angin
Syukur atas yang telah diterima
Langkah kaki membawaku untuk mengenal berbagai budaya lain,
Langkah kaki membawaku untuk mempelajari bahasa lain,
Langkah kaki membawaku untuk berkenalan dengan bangsa lain,
Langkah kaki membawaku untuk memasak menu lain,
Langkah kaki membawaku untuk mencicipi minuman khas lain,
Langkah kaki membawaku untuk belajar hidup…
[dc©200706_cerebro]
first publication @http://www.facebook.com/danica.coloay