Akhirnya aku menemukan café kecil itu… yang akan menjadi tempatku melepas lelah karena perjalanan panjang hari ini… Ya, aku di Liguria, Italy tepat di daerah Portofino.
Liguria, area terkecil ketiga di Negara Italy, namun merupakan salah satu tujuan wisata terbaik di dunia.. (setidaknya menurutku), dengan keindahan pantai, gambaran pedesaan nelayan dipinggiran dengan arsitektur dari masanya yang tak pudar oleh waktu… oh ya banyak orang-orang terkenal berasal dari daerah ini, sebut saja Christopher Columbus, Simonetta Vespucci, Giuseppe Mazzini, Andrea Doria, Benedicto XV, Nicolo Paganini, Luciano Berio dan masih banyak lagi.
Ku hampiri café kecil berasitektur khas gaya Italia yang berada di ujung blok itu… ada beberapa meja di luar café tersebut, sekilas tampak kenyamanan sofa berwarna coklat tua di dalam café tersebut serta beberapa bangku di meja bar… namun pandanganku tertuju pada meja disudut luar café ini dengan arah pandang ke jalanan. Kubawa kakiku menghampiri meja tersebut, kuletakan tas ranselku di bangku sebelahnya, terlihat seorang pelayan pria keluar dan menghampiriku...kayanya pelayannya "lucu" dueeehhhh... hhehehhehee...
“Ciao!” (-red. Halloo!) sapa pelayan café ini tiba-tiba membuyarkan lamunanku menembus indahnya sore ini ditemani angin semilir mengelus wajahku dan menenangkan nafasku. Hmmmm….benerkan, pelayan ini cukup manis... boleh dibilang tampan juga.... suittt...suittt... =) dengan bentuk wajah yang keras, rambut coklat tua nyaris hitam, warna kulit kecoklatan, hidung mancung, alis mata yang tebal serta dagu kasar yang belum sempat tercukur… (atau memang tidak ingin dicukur oleh sang pemilik..), eiiittss, senyumannya memberi kesan ramah tanpa aneh².
“Ciao!”, aku membalas sapaan dan senyumnya… “Buonasera, cosa vi porto?” (-red. Selamat sore, ada yang bisa saya bantu?) dia membalas dengan pertanyaan yang cukup familiar…setidaknya “contekan” travel guidance cukup membantu untuk berkomunikasi di Negara antah berantah yang indah ini… “Io prendo un caffé macchiato e un panzerroti… per favore” (-red. Saya minta kopi susu dan ravioli), pelayan tersebut tertegun dengan pesananku yang cepat tanpa melihat daftar menu dihadapanku, sebelum bibirnya terbuka untuk mengucapkan sesuatu, “Parlo solo un po’ d’Italiano” (-red. Saya bisa bahasa Itali sedikit)… ia tersenyum simpul sambil berucap “I speak a little bit of English.” (-red. Saya bisa bahasa Inggris sedikit), sontak saya tertawa “Bene!” (-red. Baiklah). Hahaha, awal yang baik untuk sebuah pertemanan, setidaknya ada orang yang akan mengerti kalaupun aku bingung dengan menu tersebut….
Sekilas ku lihat masih ada senyuman di wajahnya yang keras tersebut, dan hey….giginya bagus sekali…hehehehhee… dengan cepat pelayan tersebut mencatat apa yang aku pesan lalu mengulang membacakannya, sambil menanyakan apakah ada tambahan pesanan… “Non so, later on OK!” (-red. Tidak tahu, mungkin nanti). “Subito” (-red. Segera) sahutnya, kemudian berlalu dari hadapanku…. Tubuhnya tinggi, mungkin 185 cm, dengan urat² di tangannya yang menggambarkan pekerja keras, berotot…mungkin keseringan memanggul tong² anggur dan karung² bahan makanan…hehehehee… Tetapi kalau diamati lagi, tubuhnya tidaklah seperti pekerja pelayan café, apalagi di daerah kecil begini…cukup atletis untuk seorang pelayan…
Ok, lupakan sejenak tentang si pelayan tersebut, setidaknya sampai dia datang untuk membawakan pesananku. Kubuka laptop mini ku yang selalu menemani diriku kemanapun aku pergi…tancapkan modem..cari channel… hmmmm….krik..krik…krik… Akhirnya terbuka juga jaringan internet yang menjadi salah satu sumber terbesarku untuk mencari informasi dan inspirasi gila… Aku mulai asik dengan menge-cek FB, Yahoo, serta blog-ku, oh ya tidak ketinggalan mbah Google dan eyang Wiki…apa kabar Indonesiaku ya… Kompas, Metro News & Liputan 6 jadi panduanku untuk cari tahu apa yang sedang terjadi dengan Negara tercintaku itu…sedang sibuk klik sana…klik sini… tiba-tiba pelayan itu sudah berdiri di hadapanku, sambil berucap “Scusa” (-red. Permisi) sambil meletakan cangkir kopi serta piring pasta pesananku…”Buon appetito!” (-red. Selamat menikmati), “Grazie!” (-red. Terima kasih)…hmmmm sedapnya pasta ini sudah dapat kurasakan dari aromanya yang mengganggu otakku dan menyarankan pikiranku untuk segera menyantapnya. Ku teguk sedikit kopi itu…hmmm, nikmati sekali rasa kental kopi bercampur dengan creamer. Aku switch laptopku ke posisi “sleep”, sehingga bisa kututup sementara. Enggan rasanya saat menikmati makanan ini dengan tetap harus melihat deretan huruf dan angka serta gambar dari laptop itu.... ya, walaupun itu pekerjaan yang sudah memberiku berkah sampai hari... but pleaseeeee...lagi makan gitu loh, biarkan aku tarik napas sejenak dan menikmati keajaiban hari ini.
Suap demi suap kunikmati ravioli tersebut, sambil sesekali mataku mengitari pemadangan dihadapanku yang menakjubkan itu, cuaca hari ini memang sangat bersahabat, matahari tidak terlalu terik namun langit tetap menggambarkan keagungan Sang Pencipta. Beberapa orang tampak lalu lalang…mungkin di antara mereka ada turis juga yang sedang menikmati suasana kota ini…. Sedangkan di café ini sendiri tampak sepasang lansia yang terlihat romantis duduk tidak jauh dari tempatku, mereka sedang menikmati kopi dan pastry sambil asik bercerita, sesekali terdengar tawa kecil mereka… mentertawakan kisah mereka. Lalu ada 3 orang turis India duduk berlawanan arah denganku, kulihat mereka sibuk membuka peta dan travel guide (persis seperti buku “contekan” ku itu)… sedang mengatur perjalanan selanjutnya….hahahaa..sok tahu. Sekilas ku meihat kedalam café itu lagi… hmmm…ada pria mungkin sekitar 40-an, sedang asyik mebaca sebuah buku, lalu tak jauh ada 2 pasang muda-mudi sedang bercengkrama. Kulihat pelayan itu sedang melayani tamu yang baru datang, keluarga kecil.. ayah, ibu dan 2 orang puteri kecil mereka…wah lucunya anak-anak itu…dan menggemaskan.
Tanpa sadar santapanku habis juga… ku habiskan pula tegukan terakhir. Kusandarkan tubuhku, sambil menikmati rasa kenyang ini dihibur oleh burung camar yang berterbangan, serta suara sekitar yang ikut bernyanyi dalam sebuah orkestra alam. Aku memesan kopi lagi dan tidak ketinggalan favoritku, sepotong tiramisu (potongannya gede juga...heheheeehee), salah satu cake terkenal dari Italia... dengan cream lembutnya dan rasa campuran kopi dan rum di dalamnya... wuiihhh... "Heaven in My Mouth"... (-red. Surga di mulutku).
Aku mulai tenggelam dalam lamunanku...suasana hatiku sedikit berubah, (sebel) teringat kembali pekerjaanku di Kuala Lumpur dan Jakarta yang belum terselesaikan, staff-ku yang tidak bosan mengirimi aku email dan sms soal pekerjaan, project baru serta informasi update lainnya.....huuaaaa rasanya aku mau lari saja... kadang-kadang terpikir apakah tidak ada yang bisa menggantikan diriku untuk sesaat... Terlintas pula dibenakku semua ide-ide gila untuk pekerjaanku, jalan cerita hidupku...seperti apa aku nantinya. Pada akhirnya semua itu bercampur aduk di kepalaku, sampai² waktu berlalu begitu cepat sudah hampir dua jam aku duduk di sana sambil menerawang jauh sekali...
Aku mulai tenggelam dalam lamunanku...suasana hatiku sedikit berubah, (sebel) teringat kembali pekerjaanku di Kuala Lumpur dan Jakarta yang belum terselesaikan, staff-ku yang tidak bosan mengirimi aku email dan sms soal pekerjaan, project baru serta informasi update lainnya.....huuaaaa rasanya aku mau lari saja... kadang-kadang terpikir apakah tidak ada yang bisa menggantikan diriku untuk sesaat... Terlintas pula dibenakku semua ide-ide gila untuk pekerjaanku, jalan cerita hidupku...seperti apa aku nantinya. Pada akhirnya semua itu bercampur aduk di kepalaku, sampai² waktu berlalu begitu cepat sudah hampir dua jam aku duduk di sana sambil menerawang jauh sekali...
Tiba-tiba aku tersadar dengan suara berat dari arah sampingku “Ti piace l’Italia?” (-red. Apakah Anda menyukai Italia?)... hey pelayan tersebut sudah berdiri disampingku sambil membersihkan meja di sebelahku itu... “L’Italia è motto bella“ (-red. Italia sangat indah), jawabku ringan tanpa menoleh kearahnya. „E una bellissima giornata! Quanto tempo ti fermi?“ (-red. Hari ini juga cerah. Berapa lama Anda akan tinggal disini?). “Mi fermo due settimane, Sono qui per lavoro.” (-red. Saya disini untuk 2 minggu, Untuk urusan pekerjaan)…
Itulah awal perkenalan kami dan akhirnya 6 tahun berselang membawa kami dalam ikatan perkawinan… ya pelayan itu… yang hari ini kusapa “Bas”, ternyata seorang tentara angkatan darat Republik Jerman dengan pangkat yang perwira menengah, saat itu ia sedang cuti dan berlibur di desa oma (nenek)-nya, seorang Italia. Café kecil itu milik Nana (demikian kami memanggil Oma tercinta), beliau masih sehat sampai hari ini di usianya yang genap 94 tahun. Bas, seorang warga negara Jerman, yang memiliki darah Perancis, Italia dan Jerman. Tahun ini adalah tahun pertama kami sebagai keluarga kecil. Tak pernah terbayangkan oleh ku sebelumnya bahwa aku akan menikahi seorang tentara yang tak sedikit tugas negara dibebankannya, namun dibalik itu aku melihat betapa ia mencintai pekerjaan dan negaranya... sempat terpikir hal terburuk akan terjadi pada dirinya.... well come on, walau bagaimana pun harus diakui... semua keadaan terbaik dan terburuk bisa terjadi kepada siapa pun, kapan pun dan dimana pun... Apalagi ini urusan dengan ketentaraan...kaya nonton film kan... kalau tidak menyelidiki kasus berat, baku tembak, adu otot atau pelatihan yang lumayan ekstrem... secara aku juga senang nonton film² heroic kaya gitu...puuffff!!
Entah bagaimana tapi perjalanan cinta itu memang aneh dan tidak bisa di tebak, seperti halnya aku mengenal Bas, pria yang penuh pesona, humor dan simpati...dan ber-kharisma, yang membuatku tertarik sejak pertama kali melihatnya...hahahaahhaha...
Wishing you all the best at all the time. I love you Bas...
